its freedom
Sabtu, 06 Oktober 2012
BAB 1 PENDAHULUAN DAN ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
1. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Berbeda dengan moralitas, etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, Etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma-norma itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok
2. PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
A. Prinsip Keindahan. Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
B. Prinsip Persamaan. Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
C. Prinsip Kebaikan. Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
3. BASIS TEORI ETIKA
A. Etika Teleologi
dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Dua aliran etika teleologi : Egoisme Etis dan Utilitarianisme
*Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
* Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
B. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
C. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
D. Teori Keutamaan (Virtue)
memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan : Kebijaksanaan, Keadilan, Suka bekerja keras, Hidup yang baik.
4. EGOISM
Egoisme etis merupakan teori normatif yaitu teori mengenai bagaimana seharusnya kita bertindak, tanpa memandang bagaimana kita biasanya bertindak. Egoisme Etis mengatakan kita tidak memiliki kewajiban moral. Selain menjalankan apa yang paling baik bagi diri kita sendiri. Egoisme Etis adalah pandangan yang radikal bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepetingan dirinya sendiri. Menurut Egoisme Etis hanya ada satu prinsip perilaku yang utama, yakni prinsip kepentingan diri, dan prinsip ini merangkum semua tugas dan kewajiban alami seseorang. Namun Egoisme Etis juga tidak melarang untuk harus menghindari tindakan untuk menolong orang lain, selagi tindakan menolong orang lain itu bertujuan utama untuk menguntungkan dirinya sendiri. Teori Egoisme Etis ini mengatakan bahwa seseorang seharusnya melakukan apa yang sesungguhnya paling menguntungkan bagi dirinya untuk selanjutnya. Jadi teori ini mendukung sikap berkutat diri ( selfishness), tetapi tidak untuk kebodohan ( foolishness).
Tiga Argument Pendukung Egoisme Etis
Alasan yang mengatakan bahwa teori Egoisme Etis ini benar adalah:
Argumen Bahwa Altruisme Menghancurkan Diri Sendiri.
Pemikiran bahwa kalau kita suka “peduli pada orang lain”, sering kita menjadi ceroboh dan hasilnya lebih sering berakhir dengan kekacauan daripada kebaikan.
Pada hakikatnya “memperdulikan orang lain” sama halnya seperti campur tangan urusan orang lain.
Membuat orang lain sebagai objek “cinta kasih” kita itu merendahkan orang lain, merampas mereka dari martabat pribadi dan hormat dirinya.
Argumen Ayn Rand
Ayn Rand memandang etika “altruisme” adalah gagasan yang sama sekali destruktif. Altruisme menurut dia mengantarkan pada suatu penyangkalan nilai individu. Sebab Altruisme mengajarkan hidup-mu merupakan sesuatu yang hanya dapat dikorbankan.
Egoisme Etis Dianggap Cocok dengan Moralitas Akal Sehat.
Egoisme Etis merupakan teori bahwa semua kewajiban kita pada akhirnya diturunkan dari satu prinsip fundamental, yakni kepentingan diri (self-interest). Jika demikian, maka Egoisme Etis bukan doktrin yang radikal. Ajaran ini tidak menentang moralitas akal sehat, tetapi hanya mencoba menjelaskan dan mensistematisasikannya. Dan itu berhasil.
Tiga Argument Melawan Egoisme Etis
Argumen Bahwa Egoisme Etis Tidak Dapat Memecahkan Konflik Kepentingan.
Kurt Baier berpendapat bahwa Egoisme Etis tidak menolong memecahkan konflik-konflik kepentingan, bahkan justru memperparah.
Argumen Bahwa Egoisme Etis secara Logis Konsisten.
Sejumlah filsuf termasuk Baier, menyatakan perlawanannya pada teori Egoisme Etis pada tataran yang serius. Mereka mengatakan bahwa hal itu merupakan ajaran yang secara logis tidak konsisten. Artinya ajaran itu membawa kontradiksi logis. Jikalau ini benar, maka Egoisme Etis merupakan teori yang keliru.
Argumen Bahwa Egoisme Etis sewenang-wenang dan Tidak Dapat Diterima.
Kita harus peduli pada kepentingan-kepentingan orang lain demi alasan yang persis sama dengan mengapa kita peduli pada-kepentingan-kepentingan kita. Jikalau kita tidak menemukan perbedaan yang relevan antara mereka dan kita, maka kita juga harus menerima bahwa kebutuhan kita harus terpenuhi, begitu pula juga kebutuhan mereka. Kenyataanya semacam ini, bahwa kita sejajar dengan orang lain, merupakan alasan terdalam mengapa moralitas kita harus mencangkup pengertian terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lain dan mengapa karena Egoisme Etis gagal menjadi teori moral.
http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59565-Umum-Egoisme%20Etis.html
http://jeanecutepink-jeane.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika.html
http://annaluchu.blogspot.com/2012/10/basis-teori-etika.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/prinsip-prinsip-etika-2/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar