its freedom

its freedom
kebebasan adalah hak setiap manusia

Selasa, 06 Desember 2011

DAN TENTANG

Duduk ditaman sendiri memang nyaman, tenang dan damai. Itulah pekerjaanku sehari-hari pada waktu jam istirahat. Makan , makanan rumah yang disiapkan mama selalu enak . Membaca buku entah itu buku pelajaran atau novel yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah . Tapi, jam istirahatku sekarang tidak senyaman dan setenang biasanya. Tiba-tiba datang seseorang cowok berbadan tinggi, penampilannya tidak karuan baju berantakan, badan berkeringat tetapi wajahnya lumayan bisa di bilang cakep. Aku sempat menatapnya sekilas lalu melanjutkan membaca buku dan pura-pura tak tahu dengan keberadaannya.
“Ehmmm,,, boleh duduk disini?” ujarnya bertanya.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Dia diam disebelahku dan entah apa yang dipikirkannya sepertinya dia lelah sekali dan tak lama dia tertidur disebelahku dengan menyandarkan kepalanya dikursi. Tidurnya sangat tenang dan sepertinya sangat pulas. Entah kenapa aku ingin sekali memandanginya terus, memandang mukanya yang begitu tenang sepertinya dia cowok baik-baik. Kelihatannya dia anak yang gaul tidak sepertiku yang senang menyendiri dan menjahui keramaian. Tiba-tiba bel masuk berbunyi aku bingung meninggalkannya atau membangunkannya. Aku kasihan juga melihat dia tertidur nyenyak tapi aku beranikan memegang pundaknya dan ku goyangkan pelan untuk membangunkannya.
“Heyy...” ku panggil pelan dan ku goyangkan bahunya terus.
Akhirnya dia terbangun dan memandangku yang masih memegang bahunya. “Maaf,” ujarku sebelum dia berfikir yang macam-macam. “Tadi bel masuk!”
“Oh... makasih ya udah dibangunin, kenalin gue Ical kelas dua belas ipa tiga,” sambil menyodorkan tangannya kearahku.
“Nayla kelas sebelas ipa empat,” ujarku kikuk karena dia memandang wajahku terlalu lama. “Ka, aku masuk duluan ya,”
Dia hanya mengangguk dan masih memandangi wajahku. Aku sangat heran melihatnya cowok seganteng dia ngapain memandang wajah cewek seperti aku kuper dan tak enak di pandang, aku berlalu meninggalkannya di taman.



Pulang sekolah tiba-tiba hujan turun dengan deras, tak ada persiapan membawa payung ya karena tadi pagi aku pikir cuaca cerah. Aku berlari kecil menembus hujan ke arah pos satpam yang letaknya dekat dengan pagar sekolah. Sampai disana ternyata penuh sesak dengan anak-anak yang berteduh , aku berlari lagi menembus hujan yang deras ke arah halte yang berada di depan sekolah, di halte aku masih mendapatkan tempat berteduh. Tetapi halte yang tidak terurus membuat atapnya bocor lama aku menunggu jemputan baju dan rok sudah setengan basah karena berlari-lari tadi, apalagi sepatuku sudah basah kuyup. Tiba-tiba seseorang memakaikanku jaket diatas pundakku, aku langsung menengok dan melihat Ka Ical tersenyum disampingku. Malu rasanya diperhatikan banyak orang karena di halte memang penuh, banyak orang yang sedang berteduh.
Tanpa sadar aku malah marah padanya. “Ka apaansih, malu tau diliatin banyak orang. Lagian baju aku gak terlalu basah kok, baju kakak lebih basah mending kakak pake aja nanti masuk angin!”
“Daleman lo yang warna item keliatan, gak enak aja dari tadi tuh cowok-cowok terus ngeliat ke arah lo,” ujarnya pelan ditelingaku.
Aku diam karena shock dan malu. Tiba-tiba didalam tas HP bergetar dan ku lihat ternyata pak Budi supir rumahku.
“Kenapa pak?” ujarku langsung bartanya kepada pak Budi.
“Neng, bapak gak bisa jemput mobilnya lagi di bengkel baru selesai nanti sore!”
“Terus Nay pulang naik apa dong pak? Kok bisa mendadak gini sih ?”
“Neng pulang naik angkot aja, nanti turun di lampu merah pertama disitu banyak taxi.”
“Yaudah deh pak,” Aku mengakhiri pembicaraan dengan Pak Budi.
“Kenapa, gak bisa di jemput ?” tanya kak Ical.
“Iya, mobil masuk bengkel katanya,” ujarku lemas.
“Mau gue anter?”
“Gak usah, makasih ka. Ngerepotin aja, Biar ntar aku naik angkot aja!”
“Gak apa-apa, biar gue anter. Lo tunggu sini bentar gue ambil mobil,” ujarnya sambil meninggalkan jaketnya yang berada di pundakku.
Didalam mobil aku hanya diam dan menjawab seperlunya ketika kak Ical bertanya banyak.
“Lo suka duduk-duduk di taman?” tanya kak Ical.
“Iya.”
“Kok, gue gak pernah liat lo bareng temen-temen cewek lo, kenapa?”
“Males aja kak, mereka paling gosip, ngomongin cowok ya gitu-gitu lah, obrolan yang ngebosenin, buang-buang waktu juga,” ucap ku jujur.
“Oh... yaudah mulai sekarang gue yang nemenin lo main ya?” ujarnya sambil tertawa.



Jam istirhat sudah hampir habis, Kak Ical belum juga datang, padahal sudah susah-susah aku bawa jaketnya yang dipinjaminya kemarin siang yang langsung di laundry oleh Mbak Inah pembantuku, setelah sampai rumah agar cepat kering pikirku begitu dan tidak terlalu lama meminjamnya walaupun sebenarnya aku tidak meminjam secara langsung, kak Ical yang berbaik hati menawarkannya. Aku pikir dia sedang ada tugas atau sibuk jadi dia tidak bisa memenuhi janjinya saat ini, tetapi sudah satu minggu ini dia tak terlihat batang hidungnya aku setiap hari selalu melewati kelasnya dan tidak melihatnya juga. Aku masih berharap Kak Ical masih ingat padaku dan menepati janjinya.
Satu bulan sudah berlalu aku masih menunggu Kak Ical menepati janjinya, ya sekarang aku kembali seperti dulu sendiri tanpa kawan di taman. Tiba-tiba di kelas aku di panggil oleh wali kelasku Ibu Desi dia menyuruhku ke ruangannya. Aku menurut dan mengikutinya berjalan di belakang. Sesampainya di ruangan Bu Desi aku melihat seorang wanita cantik seumuran dengan mama begitu anggun dia menyapaku.
“Nayla ya?” tanyanya.
Aku mengangguk dan wanita itu langsung memelukku. Dan aku duduk mendengarkan wanita itu berbicara dengan Bu Desi dan Bu Desi mengizinkan aku untuk ikut pergi dengan wanita itu yang sekarang ku kenal dengan nama Tante Tania dia ibu dari kak Ical.
Di mobil aku langsung di ajaknya menuju rumah sakit dimana Kak Ical sedang tak sadarkan diri, Tante Tania bercerita semenjak satu bulan yang lalu kak Ical sakit dan sekarang kondisinya kritis karena sakit kanker yang di deritanya. Tante Tania tidak pernah tau kalau anaknya menderita kanker karena selama ini tante Tania tidak pernah melihat kak Ical sakit, anaknya kelihatan sehat dan tidak pernah mengeluh apa-apa.
Kemarin Kak Ical sempat tersadar dan menitipkan surat kepada mamanya entah itu mukjizat atau apa dan sekarang tante Tania memberikan surat yang sekarang ku pegang dan aku tidak berani untuk membacanya. Aku takut kalau surat ini surat yang terakhir kalinya untukku dari kak Ical. Seperti cerita novel-novel yang sering ku baca, tanda-tandanya seperti itu memang. Menegangkan, aku hanya memegang surat itu tanpa ada niat sedikitpun untuk membacanya.
Aku duduk di depan kamar ruang Kak Ical dirawat. Aku masih belum berani masuk dan melihat kak Ical. Walaupun aku baru mengenalnya tapi aku sayang kepadanya. Entah Mungkin ini yang dinamakan, cinta pada pandangan pertama ‘Love at First Sight’. Saat melihat matanya aku jatuh cinta dan langsung terasa menghujam di hatiku. Aku sadar selama ini aku selalu menanti kedatangannya. Aku beranikan membaca surat yang di tulis kak Ical.

Dear Nayla,

Maaf ka ical belum sempat nepatin janji, kalo nay baca surat ini berarti nay udah tau kenapa kak ical ga bisa nepatin janji kakak untuk nemenin nay tiap hari di taman. Kak ical seneng, kak ical udah sempet kenal kamu. Udah lama kakak suka merhatiin kamu yang selalu sendiri, kak ical pengen nemenin kamu tapi kakak takut. Takut kamu gak suka ada yang ganggu, tapi kemarin kakak coba berani dan ternyata kamu orangnya baik. Kakak cuma mau bilang maaf kalau kakak mungkin gak bisa nepatin janji kakak ke nay, kakak minta maaf kalau kakak pernah buat salah ama nay, walau kita baru kenal tapi kakak sayang banget sama nay. Nay coba kamu mau berteman dengan banyak orang pasti nay lebih seneng dan ga akan kesepian. Nay jangan samain temen-temen nay semua dengan cewek-cewek kecentilan. Pasti nay nanti nemuin temen dan sahabat yang ngertiin nay. Nay baik-baik ya... Kakak sayang nay, mungkin ini surat yang pertama dan terakhir yang nay baca dari kakak. Sekali lagi maaf kakak gak bisa nepatin janji kakak.

Ical

Surat kak Ical yang pendek itu sudah selesai ku baca, surat itu sudah agak basah dengan air mataku yang tanpa sadar menetes. Aku sedih, aku takut apa yang kak Ical bilang benar kalau surat yang aku baca itu adalah surat terakhir dan kak Ical gak bisa nepatin janjinya. Walaupun aku sudah tidak peduli dengan janjinya. Aku langsung masuk ke ruang dimana kak Ical di rawat dan langsung memeluk kak Ical yang tertidur pulas pikirku. Aku ditenangkan tante Tania yang terus membelai kepalaku aku didudukannya di kursi dekat kak Ical. Aku terus menangis dan menggenggam tangan kak Ical. Sampai-sampai hari sudah gelap dan aku diantar tante Tania pulang. Selama seminggu setiap pulang sekolah aku minta pak Budi mengantarku ke rumah sakit untuk menjenguk kak Ical.



Aku Menunggu...
Huftt!!!...
Berkali-kali aku menarik nafas panjang, masih mengharapkan kedatangannya siang ini di taman.
Satu jam berlalu....
Entahlah.... apa yang ada dipikiranku saat ini, semuanya campur aduk menjadi satu. Waktuku bertemu dengan mu juga hampir habis. Haruskah ku bertahan seperti ini???
Kulirik jam tangan...
Masih sangat siang untuk menyerah begitu saja pada waktu. Walaupun terkadang hatiku tau, dia tak akan datang.
Satu jam lima belas menit...
Aku masih bertahan menunggu kedatangan kak Ical disini. Sesekali menoleh keluar, berharap menemukan sosok bayangannya diantara bayang-bayang yang ada. Tapi, tak ada tanda-tanda akan kehadirannya disini. Tapi toh!! Aku akan tetep menunggu dia kan?? Menunggu sosok kak Ical yang telah membuat hari-hari ku gelisah.
Telah lama aku berdiri di sini. Menanti dia datang. Telah lama detak jantung ini berdebar keras. Menanti alasan dia ingin bertemu.
Satu setengah jam berlalu...
Lelah, sangat lelah. Aku mulai merasa benar - benar lelah. Perut pun sudah tidak bisa diajak kompromi, Dua hari tidak diisi karbohidrat membuatku semakin lemah. Tapi aku masih berusaha menunggunya. Sampai aku benar - benar tidak memiliki kekuatan lagi!!!!
Dia pun datang, dengan jaket coklat yang dia pinjamkan kepadaku. Kak Ical tersenyum dan aku tersenyum juga melihatnya. Namun, aku tak mampu berkata-kata. Takut salah bicara. Takut semuanya berantakan. Takut dia berbalik dan pergi meninggalkanku. Entah pikiran darimana yang membuat aku berfikir seperti itu, hati kecilku juga bicara “memang dia siapa?” tapi aku tidak ambil pusing dan aku hanya diam memandang matanya. Saat pertemuanku yang petama kali melihat matanya aku jatuh cinta dan langsung terasa menghujam di hatiku. Pertemuan saat itu masih terus terkenang di sanubariku. Aku ingin bicara padamu, hatiku. Aku ingin menenangkan dariku dari kegalauan yang menyesakkan dadaku. Aku tahu ada kesedihan berombak di dalamnya. Tapi aku mencoba menyembunyikannya.
Setelah lama tidak bertemu dengan kak Ical dan mengobrol dengannya, aku merasa senang bisa melihatnya sehat dan tersadar tidak tertidur lemah seperti yang aku lihat kemarin-kemarin sekarang aku berada di dalam pelukannya. Dia hanya diam tak berbicara sepatah katapun. Namun di dalam pelukan itu, aku merasakan sebuah kehangatan yang bahkan mampu menggapai relung hatinya yang terdalam. Indah hari ini ketika ku melihat dirimu, rasa bahagia mendadak masuk di hatiku dan wajahmu yang lugu seakan membiusku membuatku ingin membawamu ke dalam khayalanku.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan lain yang membelai lembut rambutku.
“Bangun sayang!” ujar mama yang sudah berada di samping tempat tidurku.
“Tumben mah bangunin Nay pagi-pagi banget, bukannya ini tanggal merah ya ma?” tanyaku pada mama karena memang hari ini tanggalan merah, entah libur apa.
Rupanya aku bermimpi semalam, aku bermimpi kak Ical datang dan menepati janjinya untuk menemaniku di taman, aku senang. Tapi setelah aku tersadar kalau itu hanya mimpi.
Ternyata alasan mama membangunkanku pagi-pagi adalah memberi kabar buruk. Kalau kak Ical meninggal tadi malam. Mama menemaniku melayat. Sesampai di rumah kak Ical aku langsung memeluk tante Tania yang menangis, dan aku melihat papa kak Ical yang berusaha menenangkan adik perempuan kak Ical yang kira-kira usianya 13 tahun. Dia terus menangis dan memeluk kakaknya.
Itulah pertama dan terakhir kalinya aku melihat kak Ical, semoga kak Ical senang disisiNya. Aku sayang kak Ical.
Sekarang aku sedikit berubah, aku ingat sekali pesan ka Ical , aku pikir apa salahnya untuk mencoba. Sekarang aku bahagia, aku bukan Nayla yang dulu, aku berubah menjadi Nay yang banyak teman dan Nay yang periang, sedikit lebih membuka diri kepada orang lain dan aku merasa senang dengan hidupku yang baru. Ternyata hidup itu indah dengan cinta. Dan aku tau cinta tak hanya untuk kekasih saja namun bisa cinta kepada keluarga, cinta kepada teman, cinta kepada sahabat. Aku yakin tulusnya cinta yang aku berikan buat mereka pasti aku akan mendapatkan reward.
Makasih Kak Ical, kamu telah mengajariku tentang kematian, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan tentang hidup yang lebih indah, jika kita jalani dengan berbagi hal dengan orang lain Dan tentang... Kejutan-kejutan hidup kan selalu datang. Hal manis pahit pun hadir tak terduga. Yang melenakan, yang merapuhkan hati. Tentang perasaan kita yang tak jelas tersirat, tentang emosi yang membara dan mencair. Tentang luka di sisi bahagia, tentang manis di antara pahit kehidupan. Kalau kamu mau tinggal, kamu pasti menepati janji untuk menemaniku di taman. Walau janji itu sudah kak Ical tepati walau dalam mimpi yang menurutku itu mimpi terindah yang ku rasakan. Tidak, aku mengerti, kamu harus pergi. Mungkin kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Untuk saat ini, aku akan selalu mengingatmu.
--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar