its freedom

its freedom
kebebasan adalah hak setiap manusia

Selasa, 06 Desember 2011

Orang Terkaya Itu Ternyata Buta Huruf

Salah satu orang terkaya di Inggris ternyata tidak bisa membaca atau mempunyai kelainan disleksia. Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew dan Vanessa Amorosi
Andreas Panayiotou memiliki kerajaan properti senilai 400 juta poundsterling  (Rp 5,5 triliun) dan menduduki peringkat 200 orang terkaya di Inggris, mengaku tidak bisa membaca. Waktu kecil dia berusaha keras agar bisa membaca, akhirnya dia memutuskan berhenti sekolah pada umur 14 tahun.
Jadi dia memiliki trik khusus untuk mengakali kelemahannya itu. Konglomerat itu memiliki daya ingat yang luar biasa, photographic memory. Dia bisa mengenali bentuk untuk mengenali sebuah kata, tanpa perlu bisa membaca.
Di jalan misalnya, selain menghapalkan tanda lalu lintas, dia menghapalkan bentuk kata nama jalan ataupun nama kota. Sayangnya, trik itu tidak berlaku pada setiap hal. Tetapi kalau ada nama belakang baru yang dia tidak mengenali. Begitu juga saat mengisi formulir seperti paspor. Itu area terlarang saya.
Meskipun tidak bisa membaca, dia berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis yang mengagumkan. Di usia muda, anak imigran Yunani itu membeli sebidang tanah kecil di Islington. Pelan-pelan dia membangunnya menjadi gedung apartemen. Dari situlah bisnisnya berkembang. Pada tahun 2007, dia berhasil menjual ribuan rumah. Kini fokusnya beralih ke hotel.
Perusahaannya, The Ability Group, kini memiliki tujuh hotel. Yang paling gres adalah Hotel Waldorf-Astoria London senilai 70 juta poundsterling (Rp 979 miliar). Dia juga akan menjual “rumah termahal di Inggris”, sebuah properti yang baru direnovasi di Hamstead. Dia berharap rumah itu laku dengan harga 100 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun).
Rumah pribadinya di Epping Forest seluas 8 hektare. Dia juga memiliki tiga pesawat pribadi dan sebuah kapal pesiar.
Dia yakin kesuksesannya adalah gara-gara disleksia karena dengan kekurangannya itu, dia harus melatih diri untuk bekerja lebih keras dibandingkan orang lain. Semuanya, dorongan kuat untuk membuktikan bahwa dia berarti, kedisplinan yang sangat ketat, dan kebanggaan atas yang sudah dicapai merupakan hasil dari perasaan malu dan kurang yang saya alami karena tertinggal dibanding anak-anak lain yang bisa membaca.
Meski mempunyai disleksia, siapapun berhasil mengembangkan bakat lain. Dia melatih pikiran agar memiliki daya ingat kuat. Kita jadi lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah karena pikiran dipaksa bekerja untuk memahami yang terjadi di sekitar. Pikiran kita selalu berusaha, berusaha, dan berusaha. Kita jadi lebih kuat karena belajar mengatasi masalah merupakan bagian dari kehidupan.

sumber : www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar